Poso, Detail73.com – Pemerintah Kecamatan Pamona Tenggara berencana akan menggalahkan penanaman durian montong, kakao dan jagung pada tahun 2022 mendatang melalui program pemberdayaan masyarakat.
Menyusul hasil musyawara perencanaan pembangunan desa yang dilakukan oleh sembilan kepala desa yang berada di wilayah kecamatan tersebut, belum lama ini.
“Rencana ini telah kita disepakati bersama dengan memanfaatkan dana desa tahun 2022, yang tujuan untuk lebih mendorong peningkatan ekonomi masyarakat dari sektor perkebunan,” ungkap Camat Pamona Tenggara Yunirson Penyami. Rabu (22/09/2021).
Yunirson menjelaskan, dipilihnya ketiga jenis tanaman tersebut tentunya dengan pertimbangan, selain memang cocok dengan kondisi tanah, juga hampir rata -rata warga masyarakat di kecamatan tersebut sudah menanamnya namun masih dengan jumlah terbatas dan tidak terawat dengan baik karena terkendala biaya.
“Menjawab kendala yang ada selama ini, solusinya selain bibit, olehnya masing – masing pemerintah desa juga akan berikan obat hama, racun rumput dan pupuknya,” terang Yunirson.
Terkait lokasi penanaman ucap Yunirson menambahkan selain di lokasi kebun milik warga yang ada, akan memaksimalkan potensi lahan tanam yang selama ini belum terkelolah alias lahan tidur yang luasnya masih dikisaran puluhan ribu hektar.
“Untuk lahan tanamnya, masih cukup luas sehingga sangat memungkinkan rencana ini terlaksana dengan baik sebagaimana yang telah disepakati bersama,” akunya.
Hanya saja kata dia, untuk menghindari gagal tanam, kepada setiap pemerintah desa, telah dihimbau agar selektif dalam penyediaan bibit. Karena tidak jarang terjadi bibit yang didatangkan adalah bibit yang tidak memiliki sertifikat alias ilegal.
“Untuk langka awal, bibit kita datangkan dari penyalur resmi, tapi kedepannya akan disediakan sendiri melalui pendampingan oleh tenaga yang ahli dibidang pembibitan khusus durian dan kakao entris,” imbuhnya, seraya menambahkan sejak bergulirnya dana desa, kesembilan desa di Kecamatan Pamona Tenggara yakni Amporiwo, Barati, Korobono, Salindu, Singkona, Tindoli, Tokilo, Tolambo dan Wayura, lebih fokus pada pembangunan fisik dengan prosentase 70%, ketimbang programĀ pemberdayaan masyarakat yang hanya 30%.